Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.
Tampilkan postingan dengan label filsafat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filsafat. Tampilkan semua postingan

Kamis, April 02, 2020

Panduan Hermeneutika (Resensi Buku A Manual Hermeneutics - Luis Alonso Schȍkel)



Foto: istimewa

Judul buku :    A Manual of Hermeneutics
Pengarang  :    Luis Alonso Schȍkel
Penerbit      :    Sheffield Academic Press
Cetakan      :    1998
Ukuran       :    16,8 x 24 cm
Halaman     :    sampul + 181 hlm
ISBN          :    1-85075-850-6

Buku ini di beri judul A Manual of Hermeneutika oleh penulis, Luis Alonso Schȍkel bersama José Maria Bravo, bukan bermaksud mengurangi nilainya tetapi untuk alasan fungsi  praktis, sehingga lebih mudah digunakan. Kata “manual” juga menunjukkan bahwa penulis menyusun buku ini berangkat dari pengalamannya sebagai pengajar Kitab Suci yang sudah dijalaninya bertahun-tahun.
Fokus utama buku ini adalah hermeneutika yang bertitiktolak dari pengalaman penulis, khususnya bidang teks sastra. Kebanyakan contoh teks sastra yang diambil  berasal dari Kitab Suci. Di saat pembaca tidak mengerti sebuah teks, terutama teks yang berbeda jaman dengan pembaca, maka perlu penjelasan dari yang berkompeten. Namun perlu diingat, bahwa penulis bukan mau menjelaskan suatu teks atau ayat Kitab Suci, namun memaparkan refleksinya dalam melakukan interpretasi dan memahami teks. (Hal.10).

Definisi
Istilah hermeneutika tidak sama dengan istilah eksegesis. Menurutnya, eksegesis adalah praktek memahami teks (ayat-ayat) sakral dengan suatu metode eksegesis yaitu proses penelitian teks secara sistematis dalam melakukan interpretasi teks untuk menemukan makna original. Sedang hermeneutika adalah suatu teori memahami dan melakukan interpretasi teks (hal.13). Oleh karena itu hermeneutika bukanlah salah satu tipe eksegesis, bukan pula sebuah metode eksegesis. Sekali lagi, hermeneutika adalah suatu teori refleksi memahami dan melakukan interpretasi teks.
Pada dasarnya, ada tiga tipe interpretasi: yaitu interpretasi reproduktif, interpretasi eksplikatif, dan interpretasi normatif. Interpretasi reproduktif berarti kegiatan menampilkan kembali teks atau menghadirkan kembali teks. Interpretasi eksplikatif adalah lanjutan interpretasi reproduktif dimana dengan menjelaskan teks, suatu makna bagi kehidupan ditemukan. Kemudian, interpretasi normatif adalah penafsiran teks berdasarkan otoritas atau kuasa menafsirkan. (Hal. 17)
Inspirasi, Bahasa dan Hermeneutika
            Teori-teori hermeneutika memiliki korelasi dengan teori hermeneutika biblis. Kedua teori ini saling mengkondisikan satu sama lin. Dalam refleksi penulis, hermeneutika alkitabiah memainkan bagian penting – dimana penafsiran teks-teks alkitab sudah lama berkembang dari waktu ke waktu. Itu sebabnya penulis mengambil inspirasi dari Kitab Suci, yang membantunya dalam bidang hermeneutika.  Karakteristik mendasar dalam Alkitab adalah bahwa penulis Kitab Suci menyampaikan pesan yang diklaim sebagai pesan dari Tuhan (Hal. 22)
            Dalam Hermeneutika yang dipaparkan dalam buku ini,  si pengarang teks tidak disingkirkan, tetapi diintegrasikan dengan faktor-faktor lain dalam tindakan interpretasi. Penulis teks dan konteksnya merupakan satu kesatuan tunggal dan sangat menentukan dalam melakukan interpretasi (Hal. 26)
            Risalah hermeneutika memiliki hubungan korelasi dengan inspirasi alkitabiah. Inspirasi yang dimaksud adalah soal bahasa dilihat dari sudut penilaian intelektual. Penulis buku ini lebih memilih mendekati tema inspirasi dari perspektif bahasa. Seperti dalam Kitab Suci, Roh Kudus mengilhami para penulis yang melahirkan bentuk kata-kata dari pengalaman vital yang ingin disampaikan.

Hermeneutika Teks
Pendekatan hermeneutika Luis Alonso Schȍkel diinspirasi dari 1 Korintus 2 tentang pewartaan Mesias, Yesus Kristus yang disalibkan kepada orang-orang Korintus yang dipengaruhi era Helenistis-Romawi. Dalam bagian surat Raul Paulus tersebut, penulis buku menemukan dua skema atau mediasi penyampaian pesan. Yang pertama, bantuan ilham/bahasa Roh Kudus, lalu yang kedua penyampaian pesan kepada umat Korintus dengan cara cara komunikasi Paulus.
Pendekatan hermeneutika Luis Alonso Schȍkel dapat diterangkan dengan deskripsi berikut ini. Suatu teks sastra (work) merupakan karya pengarang (author) yang disampaikan kepada pembaca (receiver). Komunikasi terjadi melalui suatu tema pokok dengan bahasa spesifik. (Hal. 53).




Diagram Hermeneutika Luis Alonso Schȍkel
Dalam diagram tersebut, teks (work) menempati posisi sentral. Teks sastra tersbut ditempatkan sebagai pembawa makna di antara pengarang (author) dengan pembaca (receiver). Relasi ketiganya dimediasi bahasa (language) melalui suatu tema atau pokok pikiran (theme/ subject). Semua faktor ini perlu dipertinbangkan dengan alasan agar tidak jatuh ke dalam reduksionisme atau interpretasi parsial. Akan menjadi kesalahan bila memberi posisi eksklusif pada salah satu elemen diagram di atas, semuanya faktor tersebut sama pentingya.(Hal.53).
Relasi elemen-elemen di atas dapat dilukiskan melalui gerak pada garis sebagai berikut ini: (1) A-W-R : dari pengarang (author) menuju pembaca (receiver) melalui teks (work); (2) A-T-R : dari pengarang (author) menuju pembaca (receiver) melalui  suatu tema (theme); (3) A-L-R: bahasa (language) bergerak dari pengarang (author) ke pembaca (receiver); dan (4) T-W-L: bahasa (language)  bergerak dari tema (theme) ke teks (work). (Hal. 54).

Pengarang-Teks-Pembaca
Dalam garis dari pengarang melalui karya sastra (work) lalu sampai ke pembaca/pendengar. Pengarang teks menyampaikan pesan ke pembaca. Lalu pembaca mengerti atau berusaha mengertinya. Dalam tiga elemen (pengarang-teks-pembaca) muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: Apa yang yang ingin saya pahami? Apakah obyek dari interpretasi saya? Apa yang saya perlukan untuk mengerti suatu teks yang ingin diinterpretasikan? Kemudian, pergerakan dimulai dari kiri ke kanan, atau sebaliknya.
Menurut  Luis Alonso Schȍkel ada kemungkinan tiga jawaban yaitu: (1) saya tertarik dengan pengarang, atau (2) yang ingin saya interpretasikan adalah teks, atau (3) saya bisa berfokus pada minat saya tentang pembaca, yang mengerti diri mereka sendiri dalam tindakan interpretatif (Hal. 55).
Terkait dengan pengarang, yang mau disorot adalah pengarang dan seluruh pengalamannya, dengan segala kompleksitas dan kekayaannya. Di sini teks (work) hanyalah sekedar membantu sebagai mediasi. Melalui teks kita dapat memahami pengarang.
Selanjutnya, teks (work) itu berasal dari seorang pengarang. Teks sastra merupakan karya pengarang. Teks mengandung sistem dan kata-kata bermakna. Teks memiliki struktur atau sistem struktur. Teks mengundang pembaca untuk masuk ke dalamnya dan menemukan aneka tampilan dan kemungkinan komunikasi.
Yang terakhir, objek interpretasi adalah soal pemahaman diri dari pembaca. Teks merangsang pembaca untuk mengetahuinya dalam keotentikan atau kepalsuannya. Misalnya membaca Kitab Suci, berarti untuk mengerti diri sendiri, untuk berubah dari kepalsuan menuju keotentikan diri, sebagaimana dipraktekkan Bultman (Hal. 55)

Pengarang-Tema-Pembaca
            Ketika berbicara tentang pra-pemahaman, lingkaran hermeneutika, dan struktur pemahaman dialogis, faktor tema atau topik merupakan bagian yang penting. Suatu topik atau pesan  muncul dari konteks dan segala yang melingkupinya. Inilah yang disebut cakrawala (horison) yang bisa bersifat total atau parsial.
Dalam hal ini, cakrawala atau horison bersifat atematis, berkembang, heterogen dalam komposisinya dengan segala akumulasi unsur-unsur teoritis dan praktis. Karena itu, tidak sama pengaruh pengondisiannya pada masing-masing aktivitas pemahaman; karena sifatnya mediasi-kedekatan. (hal.83). Horison pengarang dan pembaca bertemu dalam pemahaman teks.
Kemudian, faktor penting yaitu terkait suatu pertanyaan. Pertanyaan yang dimaksud adalah kesadaran ketiadapengetahuanan (docta ignorantia). Pertanyaan melahirkan tematisasi horison. Meskipun horison atematis, tetapi dapat ditematisasi secara bertahap atau parsial. Suatu teks dipahami hanya jika pertanyaan yang tepat  sudah ditemukan (Hal. 84)
Faktor lain adalah imajinasi. Imajinasi penting dalam relasi pengarang-tema-pembaca. Apa yang ditulis dalam imajinasi harus dibaca dalam  imajinasi. Imajinasi adalah faktor yang sangat diperlukan dalam pemahaman dan interpretasi, tetapi tidak boleh dikacaukan oleh genre fantasi.

Apropriasi
            Dalam memahami atau menginterpretasi suatu karya sastra (teks), pembaca dapat sampai kepada suatu pemahaman. Namun pemahaman ini bukanlah pencapaian yang tertinggi. Pencapaian tertinggi dalam memahami atau melakukan interpretasi adalah apropriasi, menjadikan makna atau pesan menjadi milik sendiri (Hal. 90).
            Pembaca dapat sampai pada apropriasi bila  sudah memahami teks dan memunculkan pertemuan analog pengalaman pembaca dengan teks yang dipahaminya. Bagi umat Kristen, Mazmur merupakan contoh bentuk apropriasi yang paling mudah (Hal. 93).

Pendalamanan
            Dalam bagian lain, Luis Alonso Schȍkel memberikan pendalaman terkait dengan bahasa. Bahasa merupakan sarana komunikasi antara manusia. Bahasa memiliki gaya dalam pengungkapannya. Bahasa juga memiliki keterbatasan. Meskipun demikian, bahasa menjadi jembatan antara pengarang dengan pembaca. Untuk memahami teks, pembaca harus memahami ilmu bahasa dan sastra.Dalam bahasa sastra pembaca dapat menemukan bahasa ilmiah, simbol, konsep, istilah baik bersifat korporal, spiritual, konkrit ataupun abstrak (Hal. 110).
            Dalam buku ini, meskipun ada perbedaan, teks kerap disamakan dengan karya (work). Yang dimaksud lebih kepada karya sastra sebagai satu kesatuan sistem hasil karya pengarang. Karya sastra terdiri dari sistem yang kompleks dan kosistensinya sendiri. Ia memuat makrostruktur: keseluruhan mempengaruhi bagian-bagiannya, dan setiap bagian dapat dipahami hanya bila memahami keseluruhannya. (Hal. 131).
            Karya sastra dapat menggunakan metafora. Metafora memiliki fungsi kognitif. Fiksi tidak sama dengan kepalsuan. Kebenaran narasi sastra dan puisi merupakan bidang kebenaran ontologis. Pengada dihadirkan dalam karya sastra sebagai penghadiran ulang (Hal. 138).
            Hal lain yang dijelaskan adalah peran tradisi. Tradisi merupakan media yang dioerlukan untuk memahami teks. Tradisi memasuki proses dialektik timbal balik dengan teks: keduanya melestarikan dan mengkondisikan pemahamannya. Misalnya dalam teks Alkitab, Roh Kudus adalah faktor penentu dalam tradisi. (Hal. 147).
            Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah kondisi sosial. Kondisi sosial, seperti politik dan ekonomi sangat mempengaruhi cara pembaca memahami dan menjelaskan Alkitab. Para ekseget hidup dalam lingkup sejarah tertentu (Hal. 154).

Penafsiran Normatif
            Teks memiliki relasi dengan masyarakat, sama halnya dengan relasi antara teks dan tradisi. Tanpa masyarakat yang mentransmisikan, teks itu mati atau tidur. Masyarakat bukanlah suatu yang amorf, tetapi lebih merupakan suatu badan terorganisir dan hirarkis, dimana ada kelompok penafsir teks (kuasa mangajar) yang memiliki tempat khusus dan membuat teori atau aturan dalam memahami atau interpretasi teks. Aturan inilah yang disebut sebagai penafsiran normatif sebagaimana dapat ditemukan dalam Yahudi, Katolik dan  Islam. Berbeda dengan Protestan yang menolak otoritas pengajaran. (Hal. 148)

Tanggapan
            Buku Luis Alonso Schȍkel ini merupakan sebuah karya penting dan mudah dipahami. Mekipun bentuk buku bersifat manual, namun refleksi pengarang tentang hermeneutika tetap komprehensif dan berguna. Hal ini karena penulis sangat berpengalaman dalam bidangnya.
Dalam menjelaskan metode hermeneutikanya, penulis buku memberikan contoh-contoh teks dari Kitab Suci Kristiani. Pembahasan seluk-beluk hermeneutikanya sangat luas dan mendalam baik dari sudut teologis maupun filosofis. Karena itu, ia sangat membantu dalam melakukan interpretasi teks pada umumnya, lebih khusus pada teks sakral (Kitab Suci) seperti dalam agama-agama.
Metode hermeneutikanya memiliki kemiripan dengan hermeneutika lengkung Paul Ricoeur yang berangkat tiga rangkap, yaitu membaca teks, mengkritisinya (menjelaskan) lalu melakukan apropriasi.
. Buku ini menjadi salah satu yang patut direkomendasikan bagi mahasiswa teologi dan filsafat, karena sangat membantu dalam peningkatan kompetensi seni memahami atau hermeneutika.  
           

***



Powered By Blogger