Trima kasih mengunjungi blog kami!

Para pengunjung yth. semua isi blog ini ditulis atau disusun atas kemauan pribadi. Itu berarti blog ini berisi aneka pendapat, pemahaman, persepsi pribadi, dan pemikiran pribadi atas lingkungan kerja dan hidup sekitarnya. Harapan kami isi blog ini bermanfaat bagi pengunjung yang memerlukannya. Salam, GBU.

Rabu, Juni 16, 2010

Publik Tahu Ada Fasilitator Pemerintah bagi Umat Katolik Indonesia

Baru saja berakhir Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQN) 2010 bersamaan dengan BENGKULU EXPO 2010 di kota Bengkulu dari tanggal 3-12 Juni 2010, banyak hal-hal menarik yang saya dapatkan, setidaknya menurut pendapat saya yang mendapat tugas untuk menjadi petugas Pameran dari Bimas Katolik Kementerian Agama RI.



Setidaknya, menurut pengalaman saya, publik yang mengunjungi awalnya belum tahu bahwa Pemerintah ternyata menyediakan pelayanan bagi semua umat beragama di Indonesia (setidaknya 6 agama resmi yang diakui), pada akhirnya mereka tahu. Memang, selama ini Kementerian Agama RI dipandang publik seolah-olah hanya menjadi fasilitator bagi umat Islam di Indonesia.




Setelah melihat stand Kementerian Agama RI, ternyata di sana ada pameran dengan stand-stand khusus seperti: Stand Ditjen Bimas Katolik, Stand Ditjen Bimas Islam, Stand Ditjen Bimas Kristen, Stand Ditjen Bimas Hindu, Stand Ditjen Bimas Budha dan kebetulan untuk Stand Ditjen Bimas Konghucu belum diadakan karena belum terbentuk unit kerjany di kantor Kementerian Agama RI.




Seturut tugas saya yang berada pada Stand Ditjen Bimas Katolik, kami memmaerkan:buku produk Bimas Katolik (Sejarah Ditjen Bimas Katolik, Kesepakatan Timika dan Palembang, Hasil Pertemuan Konsultasi Pejabat Pusat dan Daerah, Kiat Kepemimpinan Visioner); Buku-buku tentang Filsafat dan Teologi (Kerohanian Katolik); Majalah Bulletin Bimas Katolik; Slide: foto-foto kegiatan Ditjen Bimas Katolik; Brosur berisi Visi-Misi Ditjen Bimas Katolik.




Bersama teman saya yang bertugas (Niko, Hajar, Paskalis) kami bertugas menjaga stand Ditjen Bimas Katolik dari jam 10.00 WIB s.d. 21.00 WIB, membagikan buku atau majalah secara gratis bila pengunjung membutuhkan, memberikan penerangan atau penjelasan bila para pengunjung mengajukan pertanyaan.




Antusiasme pengunjung memuaskan. Hal ini terlihat dari buku yang berisi tentang filsafat, teologi, kerohanian Katolik habis diambil oleh pengunjung, yang memang secara gratis diperuntukan untuk pengunjung. Juga sebagian produk Bimas Katolik habis diambil pengunjung: yang masih tinggal Kesepakatan Timika, Kesepakan Palembang dan Kiat Kepemimpinan Visioner oleh Stef Agus. Termasuk majalah Bulletin habis diambil pengunjung.




Kebanyakan peminat buku adalah dari kalangan non-Katolik seperti para mahasiswa STAIN Bengkulu seperti terlihat dari buku tamu.




Catatan




Secara umum minat pengunjung terhadap Stand Kementerian Agama RI amat antusias, hal ini tebrukti dari buku tamu yang ada lebih dari ratusan orang yang mengisi buku tamu.




Pengunjung beragama Katolik sejauh pengamatan kami hanya sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Kebanyakan peminat buku atau majalah adalah para mahasiswa dari STAIN Bengkulu, kemungkinan besar dipakai untuk referensi dalam tugas perkuliahan sekolah.




Beberapa pengunjung beragama Islam sangat antusias untuk mengetahui tentang agama Katolik dan perbedaan agama Katolik dan agama Kristen.




Kesan




Kesan positifnya, pameran seperti ini menjadi sarana strategis dalam mempromosikan keberadaan Ditjen Bimas Katolik dan Bimas lainnya, agar mata publik terbuka bahwa di Kementerian Agama RI itu semua agama difasilitasi Pemerintah.




Kesan negatifnya, sarana yang transportasi kurang memadai . Lokasi penginapan dan lokasi pameran cukup jauh, sehingga membutuhkan biaya tambahan dalam perjalan pergi dan pulang ke dan dari Pameran.




Rekomendasi




Pengunjung beragama Katolik hanya beberapa orang. Untuk itu perlu sosialisasi oleh Pembimas kepada Gereja Katolik setempat.




Menurut kami, alangkah baiknya jika ke depan Ditjen Bimas Katolik ditetapkan ikut menjadi peserta Pameran besar seperti di Bengkulu Expo 2010 menjadi program rutin Ditjen Bimas Katolik.




Demikianlah sekedar sharing pengalaman kami bertugas. Semoga bermanfaat bagi pembaca. (Pormadi Simbolon)

Uskup Agung Medan: Mereka Harus Terampil ke Dalam dan ke Luar

Lembaga Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Santo (St) Bonaventura Delitua Sumatera Utara harus meningkatkan mutu lulusannya sehingga terampil di tengah dan di luar Gereja Katolik, demikian benang merah paparan Uskup Agung Medan, Mgr. Dr. Anicetus Sinaga, pada pertemuan Penyusunan Kurikulum Institusional STP Santo Bonaventura di Hotel Danau Toba Internasional Medan (1-3 Juni 2010).
Di hadapan sekitar 30 orang dosen dan pemerhati pendidikan STP ST. Bonaventura, Uskup Agung Medan itu memulai paparannya dengan pertanyaan, “Akan kemana STP ST Bonaventura melangkah?”


Lembaga perguruan tinggi yang dikelola yayasan Keuskupan Agung Medan tersebut sekarang sedang membina kurang lebih 300 orang mahasiswa. Sebagai pimpinan tertinggi umat Katolik di Keuskupan Agung Medan, Uskup Sinaga mengharapkan atau memimpikan bahwa STP ST. Santo Bonaventura mampu melangkah menuju lembaga perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pastoral yang mampu menjadi jembatan antara umat biasa dengan hirarki.


Untuk itu, setiap lulusan STP ST. Bonaventura harus melakukan pelatihan dan pembenahan dan peningkatan mutu lulusannya yang terampil di bidang agama (katekese, pastoral) sekaligus mampu menjadi tokoh agama (porhanger, sintua); keterampilan akademik (penelitian), berdialog secara ilmiah; menjadi komunikator bagi masyarakat.


Ke depan juga, impian Uskup, agar lulusan STP ST. Bonaventura benar-benar terlibat di kehidupan sosial-politik selain di bidang agama, seperti terlibat di tengah masyarakat (pemimpin/pejabat masyarakat, DPR, Gubernur, Bupati, lurah, dll). Kelak mereka bisa menjadi pemain, yang bisa bermain, bukan dipermainkan oleh yang lain (kasus 2007 tentang sumbangan Pemda di bidang pembangunan agama) dan tidak mempermainkan pihak lain.


Harapan lain yang disampaikan Uskup Sinaga itu bahwa lususan STP St. Bonaventura mampu memupuk kondusivitas dalam pelayanan yang bersinergi antara awam, hirarki dan hidup bhakti, mendukung inkulturasi yang benar, melakukan pembaharuan terus-menerus (aggiornamento).


Dengan kata lain, menurut Uskup, lulusan STP ST Bonaventura yang adalah awam (umat biasa) benar-benar terampil dalam internal Gereja Katolik, tetapi juga terampil di luar Gereja Katolik. Untuk itu semua pihak diharapkan ikut mengangkat martabat awam termasuk guru agama untuk berperan dalam pembangunan Gereja dan segala upaya yang baik harus dilakukan termasuk melalui penyusunan kurikulum institusional yang sedang dilakukan para dosen lembaga perguruan tinggi tersebut.


Lulusan Berkarakter
Sementara itu, Prof. Dr. Belferik Simanullang, narasumber lain berangkat dari filosofi pendidikan, ia mengharapkan para lulusan STP St. Bonaventura menghasilkan lulusan-lulusan berkarakter (berkepribadian), yang ber-mindset filosofis (berdasarkan hakekat nilai).
Untuk menjelaskan seperti apa pribadi berkarakter itu, ia mengutip ungkapan (anonim) yang berbunyi “Jika kehilangan semua, sesungguhnya tidak ada yang hilang, karena karakter mengutamakan kekayaan budi pekerti. Jika kesehatan yang hilang, ada sesuatu yang hilang karena karakter kesehatan jiwa dan raga. Jika karakter yang hilang, maka segala-galanya telah hilang, karena karakter adalah roh kehidupan”.
Menurut Profesor Manullang, dalam konteks penyusunan kurikulum institusional harus sampai pada program yang menampung pengalaman peserta didik/mahasiswa untuk diolah sehingga terbentuk menjadi sebuah karakter/kepribadian. Mengubah karakter “hanya mencari uang” dan “berkarya” menjadi “mengabdi” (filosofis).
Lanjutnya, ada unsur-unsur kurikulum institusional: tujuan, materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Materi kkurikulum mengandung unsur pengetahuan (kognitif), skills (psikomotorik) dan abilities (afektif). Strategi pembelajaran dengan cara, berilah pengetahuan, lalu latihlah mereka, dan jadikan itu menjadi kebiasaan mereka. Tugas kita bagaimana mendorong peserta didik/mahasiswa bermindset filosofis. Perumusan tujuan kurikulum institusional perlu memperhatikan keunikan atau kearifan lokal yang membentuk karakter.
Dosen merupakan kunci utama keberhasilan sebuah kurikulum Jika mutu dosen berkarakter maka segalanya akan menjadi baik di tangannya termasuk kurikulum yang jelek. Esensi kehadiran dosen membawa para mahasiswa pada kerinduan akan belajar dan membawa pencerahan.
Pada akhir pertemuan penyusunan kurikulm institusional STP St. Bonaventura Delitua Sumatera Utara berhasil disusun oleh para dosen bersama Ketua STP St. Bonaventura dengan fasilitator dari Ditjen Bimas Katolik dengan kerangka menghasilkan Guru Agama Katolik yang profesional yang sesuai dengan konteks. (pormadi simbolon)
Powered By Blogger